BGP NTB– Hari ini (12/3/2023) bertempat di SMAN 1 Praya Balai Guru Penggerak Nusa Tenggara Barat (BGP NTB) menyelenggarakan Lokakarya Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) untuk angkatan 7 yang tak terasa sudah pada Lokakarya 3 dengan tema “Peran Pemimpin dalam Pembelajaran”. Jumlah peserta yang hadir pada kesempatan kali ini berjumlah 70 orang yang berasal dari unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Tengah, Cabang Dinas Lombok Tengah, Pengajar Praktik (PP), Calon Guru Penggerak (CGP) dan sekolah lokasi kegiatan. Pembukaan kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 WITA, setelah itu PP dan CGP masuk ke ruangan kelas masing-masing untuk praktek coaching dengan jumlah 7 kelas.
Dalam laporan sekaligus sambutannya mewakili Kepala Balai Guru Penggerak Nusa Tenggara Barat (BGP NTB) Baharudin, SS Analis Kemitraan BGP NTB menyatakan “bahwa Pendidikan Guru Penggerak adalah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang merupakan program kolektif guru untuk menggerakkan komunitas pendidikan agar menjadi pemimpin pembelajaran”, kata Baharudin.
“Waktu adalah hal yang sangat berharga, nikmat dan karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Waktu adalah sebuah misteri kehidupan yang mana apabila sudah terjadi tidak akan dapat di kembalikan lagi, jadi hargailah waktu. Kami himbau untuk peserta yang hadir saat ini dan masih belum tepat waktu usahakan pada kegiatan apapun di masa datang untuk disiplin terhadap waktu yang telah ditentukan oleh penyelenggara. Karena memang PP dan CGP merupakan agent of change di sekolahnya masing-masing dan itu dimulai dari diri kita sendiri, ketika kita belum berubah mustahil untuk merubah orang lain”, lanjut Baharudin.
Sementara itu sambutan sekaligus pembukaan disampaikan oleh Kepala Cabang Dinas Lombok Tengah Syarif Hidayatullah, S.Pd.T, M.Pd.
“Viral selalu kasusnya melalui handphone terakhir kasus bullying di Pujut, sebelumnya juga penusukan di Batukliang. Karena banyaknya kasus-kasus tersebut, maka khususnya di Lombok Tengah kami sudah membuat aturan gawai atau handphone akan dibatasi terutama di lingkungan sekolah terkait dampak buruk yang dihasilkan. Pembatasan penggunaan ini agar menghindarkan anak dari paparan konten informasi yang tidak layak seperti radikalisme, pornografi, perundungan, diskriminasi sara, informasi palsu, hoax dan konten negatif lainnya.”, ujar Syarif.
Kami selaku pemangku kebijakan di Lombok Tengah ini menaruh harapan besar kepada CGP yang akan dilatih selama kurang lebih 6 bulan ini mampu memberikan manfaat bagi diri sendiri dan Institusi/Sekolahnya, sehingga memberikan makna bagi sekitarnya serta hal luar biasa bagi sekolahnya, agar hal-hal negatif oleh para siswa/siswi kedepannya tidak terjadi lagi